Senin, 09 April 2012

Sekelumit Cinta seorang TKI

Raihan,begitu nama yang diberikan orang tuanya. Entah apa yang ada di benak orang tuanya, sehingga memberikan nama itu untuk anaknya. Apakah nama itu yang akan membawa perubahan dalam diri Raihan kelak. Itu Raihan tidak tahu.
Kini yang dirasakannya adalah mengapa kedua orang tuanya harus berpisah. Apakah mereka tidak lagi menyayangi buah hatinya. Kalimat inilah yang selalu mengukir hari-hari Raihan kelak dalam bermain dan bercanda.
Raihan saat ini belum mengerti, apa sebenarnya cinta. Dan mengapa seorang lahirdilandasi cinta. Semua itu belum ada dalam benak Raihan. Yang ada, adalah bermain, bercanda dan bersenda gurau dengan teman sebayanya. Inipun jika Raihan tidak tertidur.
Usia Raihan saat ini baru dua tahun. Orang tuanya entah di mana. Tidak pernah dipikirkan oleh Raihan. Ia hanya dibesar oleh kasih sayang Kakek dan Neneknya.
Memang kebutuhannya dapat terpenuhi. Dan Raihan pun tidak pernah tahu ke mana kedua orang tuanya.
Saat Raihan belum dilahirkan ayahnya sudah mencoba mengadu nasib ke negeri Jiran. Orang bilang negeri Jiran adalah negeri yang menjanjikan bagi masa depan seseorang. Bayangan ringgit, memang tidak dapat disangkal. Banyak yang berkata, bila menjadi TKI di negeri Jiran pulang akan menjadi kaya raya. Gajinya besar. Pekerjaan banyak.
Bayangan itulah yang selalu membuat ayah Raihan bermimpi. Pulang dengan uang banyak. Masa depan cerah. Dan entah apalagi yang dibayangkannya. Sehingga untuk mengadu nasib pun tidak lagi menjadi pertimbangan matang. Yang penting dapat uang, dan mampu membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. Itulah angan-angan yang bercanda ria dalam benak ayah Raihan.
Kini cita-citanya itu sudah Dia wujudkan. Negeri Jiran saat ini sudah yang tapaki. Orang yang ditinggalkanpun tidak lagi menjadi penghalang langkahnya.
***
Hari-hari dimulai ayah Raihan bekerja sebagai kuli bangunan. Cukup berat. Tapi apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur. bayangan yang selama  ini mulai tenggelam. Setiap hari ia harus mengangkut batu untuk sebuah bangunan. Gaji yang diterima, bila dihitung dan disesuaikan dengan kehidupan ketika ia berada di Serang Provinsi Banten, masih jauh lebih besar. Dan bekerja pun ada aturan. Pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00. Sesudah itu beristirahat. Sedangkan di negeri Jiran, aturan tidak menentu. Terkandang ia bekerja sampai malam hari. Mandi tidak. Apalagi mau beristirahat. Tenaga benar-benar diperas. Keringat mengalir tidak lagi jadi perhitungan. Semua sudah menjadi sebuah penyesalan. Mau pulang terikat kontrak. Waktu mau berangkat sudah mengeluarkan uang cukup besar untuk hitungan buruh. Sampai di negeri Jiran cuma menjadi kuli sebuah bangunan.
Inilah penyesalan yang selalu keluar dari mulut ayah Raihan. Tapi kepada siapa ia harus mengadu. semua orang perasaanya sama. Jangankan  berkirim kabar, semua hubungan terputus. Semua nomor HP yang dulu dicatat darikeluarga ibu Raihan ketika hendak berangkat sudah hilang entah ke mana. Kabar untuk anaknya saja ia tidak mampu untuk memberi.
***
Raihan kini sudah berumur tiga tahun. Setiap hari ia selalu menanyakan ayahnya. Sedangkan ibunya sudah sering pulang mengunjungi Raihan. Raihan sudah mulai tahu, bahwa ia memiliki seorang ibu. Ia pun tahu bahwa ayahnya saat ini ada di negeri jiran mencari uang buat Raihan.
Setelah putus komunikasi dengan ibu Raihan. Ibu Raihan tidak tahu kabar suaminya, apakah masih hidup atau ... entalah!
Kini ayah Raihan merantau ke negeri Jiran sudah memasuki bulan ketiga puluh dua. Tapi jangankan   berkirim uang, kabar pun tidak. Kesepian ini pula membuat Ibu Raihan berselingkuh,dan perselingkungan ini diketahui keluarga ayah Raihan.
Ketika keluarga ayah Raihan menasihati Ibu Raihan, jawaban ibu Raihan hanya, "untuk apa saya menunggu orang yang tidak tahu lagi rimbanya. Ia tidak pernah memberi kabar, apalagi uang. Sedan gkan kelahiran Raihan saja ia tidak tahu. Kini Raihan sudah berjalan tiga tahun usianya. Sepotong kabar dan uang pun tidak pernah ada."
Anehnya kalau kepihak keluarganya selalu saja ayah Raihan memberi kabar. Hal ini diketahui ibu Raihan dari orang yang kebenaran merasa kasihan kepada ibu Raihan, yang bertahun selalu menunggu dan berharap.
Sejak diketahui ibu Raihan, bahwa ayah Raihan sering mengirim kabar dan uang kepada keluarganya. Ibu Raihan langsung menghadap kekeluarga ayah Raihan, menanyakan nomor HP ayah Raihan.
Dengan desakan dan ungkapan Ibu Raihan akhirnya keluarga ayah Raihan memberikan nomor HP.
Setelah mengetahui nomor HP, ibu Raihan mencoba menghubungi ayah Raihan. Dan ayah Raihan terkejut ketika mendengar suara diujung sana adalah istrinya. Ia minta maaf. Tapi ibu Raihan mengatakan.  "setelah pulang nanti jangan dicari saya, karena saya akan menikah dengan seorang pemuda dan Cilegon."
Ayah Raihan serta merta, bersungut memohon jangan lakukan itu. Tapi ibu Raiahn sudah tidak sudi lagi karena sudah dipermainkan. Bahkan sudah berjalan tga tahun tidak pernah diberi nafkah baitin, maupun uang. Inilah yang memperkuat ibu Raihan meminta bercerai.
Dengan berat hati ayah Raihan mengiakan.Ibu Raihan pun kini menikah dengan pemuda lain. Raihan sampai sekarang kini masih tinggal bersama Kakek dan neneknya.
Demikianlah sekelumit cinta seorang TKI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar