Jumat, 18 Oktober 2013
Pentingnya Mensyukuri Nikmat Allah
                          Pentingnya Syukur Nikmat
SYUKUR NIKMAT
   Pengertian syukur dan nikmat berasal dari bahasa Arab. Kata syukur yaitu  berterima kasih. Sedangkan kata nikmat artinya Pemberian, Anugrah  yang enalk dan lezat. Mensyukuri nikmat Allah SWT adalah suatu bentuk perwujudan rasa  berterima kasih kepada Allah,SWT  dengan cara mengingat  dan menyebut nikmat dan mengagungkan asma Allah. Nikmat Allah yang diberikan kepada  manusia sangat banyak dan  tidak ternilai harganya, baik nikmat  yang bersifat jasmani dan  rohani. Nikmat ini ada yang dapat dinikmati langsung oleh manusia dan ada pula yang tidak dapat langsung dinikmati oleh manusia.
    Nikmat yang bersifat  jasmani  yang dapat dirasakan langsung oleh manusia antara lain;  bentuk tubuh manusia yang paling baik dan sempurna diantara makhlukAllah yang  lainnya, seperti;  panca indra, anggota badan, makanan dan  minuman,. Sedangkan nikmat yang bersifat rohani antara lain : roh, akal, perasaan, bahasa, ilmu pengetahuan, iman dan islam. Firman Allah SWT (QS Ibrahim : 34)
    Seperti yang difirmankan Allah sebagai berikut;”Dan jika kamu  menghitung nikmat Allah, niscaya tidaklah dapat kamu menghitungnya” (QS. Ibrahim : 34) Karena itu, tepatlah jika Allah SWT, mewajibkan kepada setiap individu manusia untuk bersyukur kepada-Nya, Allah berfirman : Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada-Mu dan bersyukurlah  kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku  (QS. Al-Baqarah :152).
Pedoman Hidup (Manhajul Hayah)
     Pedoman hidup sangat penting bagi setiap umat manusia, karena tenpa adanya pedoman dalam kehidupan manusia itu cenderung tidak mempunya sebuah kendali. Pedoman adalah kendali bagi manusia dalam mengharungi bahtera hidup di dunia untuk mencapai kesuksesan di ahkirat kelas. Bagaimana jadinya jika manusia tidak pernah menyukuri nikmat Allah. Dan seandainya Allah mengambil sebagian dari nikmat-Nya, seperti diberi Allah karunia mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan akal untuk berpikir. Kemudian semua atau sebagian nikmat itu diambil-Nya, misalnya mata tidak sesuai dengan fungsinya dan tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, telinga tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, dan akal tidak digunakan untuk mengimani dan memahami ayat-ayat Allah.  Pasti Allah akan memberikan peringatan kepada kita. Seperti firman Allah, “Maka itulah seburuk-buruknya makhluk. Mereka itu seperti binatang. Bahkan, lebih rendah dari binatang “(Al-A'raf: 179). Nauzubillah minzalik.
    Demikianlah, betapa besarnya nikmat petunjuk Islam (hidayatul Islam) dan pedoman hidup Nikmat ini lebih besar dari seluruh harta yang ada dunia beserta seisinya. Nikmat dapat  mengantarkan orang-orang beriman dalam  menjalani hidup yang  lurus. Al-Qur'an banyak membuat perumpamaan  kepada orang yang tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, digambarkan seperti binatang secara umum dan binatang tertentu secara khusus, seperti; anjing, keledai, kera dan babi (Al-A'raf: 176, Al-Jumu'ah: 5, Al-Anfal: 55, Al-Maidah: 60). Diumpamakan juga seperti orang yang berjalan dengan kepala (Al-Mulk: 22), buta dan tuli (Al-Maidah: 71), jatuh dari langit dan disambar burung (Al-Hajj: 31) kayu yang tersandar (Al-Munafiqun: 4) dan lainnya.
Rukun Syukur
Menurut para ulama bahwa rukun bersyukur ada tiga, yaitu i'tiraaf (mengakui), tahaddust (menyebutkan) , dan Taat.
1. I'tiraaf
     Pengakuan bahwa segala nikmat dari Allah adalah suatu prinsip yang sangat penting, karena sikap ini muncul dari ketawadhuan seseorang. Sebaliknya jika seseorang tidak mengakui nikmat itu bersumber dari Allah, maka merekalah orang-orang takabur. Tiada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah saja. "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (Fathir: 15)
     Dalam kehidupan modern sekarang ini, orang-orang sekular menyandarkan segala sesuatunya pada kemampuan dirinya dan mereka sangat menyakini bahwa kemampuannya dapat menyelesaikan segala problem hidup. Mereka sangat bangga terhadap capaian yang telah diraih dari peradaban dunia, seolah-olah itu adalah hasil kehebatan ilmu dan keahlian mereka. Pola pikir ini sama dengan pola pikir para pendahulu mereka seperti Qarun dan sejenisnya. "Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali dari hasil kehebatan ilmuku." (Al-Qashash: 78)
     I'tiraaf adalah suatu bentuk pengakuan yang tulus dari orang-orang beriman bahwa Allah itu ada, berkehendak dan kekuasaannya meliputi langit dan bumi. Semua makhluk Allah tidak ada yang dapat lepas dari iradah (kehendak) dan qudrah (kekuasaan) Allah.
Tahadduts
     "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan." (Ad-Duhaa: 11) Seperti yang disampaikan ;  Abi Nadhrah berkata, "Dahulu umat Islam melihat bahwa di antara bentuk syukur nikmat yaitu mengucapkannya. "  Dan Rasul saw. bersabda, "Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih pada manusia." (Abu Dawud dan At-Tirmidzi) . Berkata Al-Hasan bin Ali, "Jika Anda melakukan (mendapatkan) kebaikan, maka ceritakan kepada temanmu." Berkata Ibnu Ishak, "Sesuatu yang datang padamu dari Allah berupa kenikmatan dankemuliaan kenabian, maka ceritakan dan dakwahkan kepada manusia."  Setiap orang beriman  alangkah indahnya kalau minimal Ia mampu  mengucapkan hamdalah (alhamdulillah) ketika mendapatkan kenikmatan sebagai refleksi syukur kepada Allah. 
     Demikianlah betapa pentingnya hamdalah, dan Allah mengajari pada hamba-Nya dengan mengulang-ulang ungkapan  Alhamdulillah dalam Al-Qur'an dalam  mengawali ayat-ayat-Nya. Dan ucapan syukur yang paling puncak ketika kita menyampaikan kenikmatan yang paling puncak yaitu Islam, dengan cara mendakwahkan kepada manusia.
Tha'ah
    Taat dapat diijawantahkan melalui rasa syukur nikmat dengan cara melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhkan semua larangan-Nya.Allah menyebutkan bahwa para nabi adalah hamba-hamba Allah yang paling bersyukur dengan cara melaksanakan  ketaatan dan pengorbanan demi menegakkan rasa syukur kepada Allah, antara lain lima Rasul Utama yaitu  Nabi Nuh A.S., Nabi Ibrahim A.S., Nabi Musa A.S., Nabi Isa A.S., dan Nabi Muhammad, SAW. Allah SWT. menyebutkan tentang Nuh A.S. "Sesungguhnya Dia (Nuh A.S.) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (Al-Israa: 3)
Tambahan Nikmat
    Refleksi syukur yang dilakukan dengan optimal akan menghasilkan tambahan nikmat dari Allah dalam bentuk keimanan yang bertambah  (ilmu yang bertambah, amal yang bertambah yang bertambah dan akhirnya mendapatkan  imbalan dari rasa syukur nikmat adalah keimaman yang tangguh . Orang selalu bersyukur terhadap nikmat Allah akan medapatkan imbalan  dimasukan ke dalam surga dan dibebaskan dari api neraka. Demikianlah janji Allah yang disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah  nikmat  kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." Nauzubllah min Nauzubillah minzaliq.
Cara mensyukuri nikmat  iman dan islam dengan cara.
Bersyukur dapat dilakukan dengan cara:
I. Bersyukur dengan hati :
     a. Meyakini kebenaran Islam dan seluruh ajarannya, termasuk kebenaran rukun iman, 
         rukun  islam, dan ajaran tentang ihsan.
     b. Bercita-cita ingin memperoleh ridho Allah, bahagia dunia dan akhirat.
     c. Senantiasa mengingat Allah (zikrullah) dan hatinya bergetar apabila dibacakan         
         ayat-ayat-Nya.
     d. Mencintai Allah dan Rasul-Nya, jauh melebihi dari selain keduanya.
     e. Membersihkan diri dari syirik, nifak, dan kecenderungan untuk berbuat dosa.
     f. Memelihara hati agar tidak memiliki sifat-sifat tercela, seperti sombong, ria, sum’ah, 
         buruk sangka, putus asa, dendam, keluh kesah, kikir, dan lain-lain.
2.  Bersyukur dengan ucapan :
    a. Mengikrarkan dua kalimat syahadat, yakni syahadat Tauhid dan syahadat Rasul.
    b. Membiasakan diri membaca Al-Quran.
    c. Berdakwah, yakni melaksanakan amar ma’ruf (menyuruh orang berbuat baik) dan nahi 
       munkar (melarang orang berbuat jahat).
    d. Senantiasa mengucapkan lafal-lafal zikir, seperti kalimat tauhid, tasbih, tahmid, takbir, 
       ta’awuds, istigfar, dan disertai dengan banyak berdoa kepada Allah.
    e. Mengajarkan berbagai macam  ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
    f. Memelihara diri untuk tidak berkata-kata yang dapat merugikan diri sendiri dan orang 
       lain,  serta berusaha agar senantiasa berkata-kata yang bermanfaat, sopan dan  ramah.
    g. Sesama muslim hendaknya saling mendoakan  dengan memberi dan menjawab  salam.
3. Bersyukur dengan perbuatan :
   a. Disiplin melakukan salat lima waktu dan puasa Ramadhan.
   b. Mengeluarkan zakat dan menunaikan ibadah haji jika mampu, serta memenuhi syarat-
      syarat wajibnya.
   c. Berjihad membela Islam dan kaum muslimin bila diperlukan.
   d. Menuntut ilmu yang bermanfaat baik bagi dunia maupun akhirat.
   e. Melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam hidup bermasyarakat, seperti berbakti kepada 
      orang tua, dan tolong-menolong dalam kebaikan.
   f. Mencari rezeki dengan cara yang halal dan membelanjakannya untuk hal-hal yang  bermanfaat.
   g. Memelihara diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Islam.
4.  Bersyukur dengan harta:
    a. Mempelajari, mengamalkan, dan  mendakwahkan ajaran Islam.
    b. Berjihd Fisabilillah, membela agama Islam dan  kaum  muslimin.
    c. Membangun masjid,  musholah dan sarana agama Islam lainnya.
    d. Membangun sarana pendidikan.
    e. Brinfaq dan bersodakoh, membantu fakir dan miskin.
       Demikianlah wujud syukur nikmat yang wajib kita lakukan sebagai makhluk Allam, mudah-mudahan hidup kita dapat bermanfaat bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain di sekitar kita. Semoga Allah selalu mengabulkan setiap doa kita. Amin arobbal Alamin.
                                                       (Ulahan Ndahul, ARAS, 18Oktober 2013 Jumat)
Langganan:
Komentar (Atom)
