Minggu, 27 Mei 2012

Rintihanmu Tanggamusku


Rintihanmu Tanggamusku
                              Karya ARAS
Tanggamus...,
Haruskah kau merintih dengan senandung sedih.
Ketika tangan-tangan itu..., mulai
meruntuhkan keangkuhanmu.
Bergelantung  merobek hatimu  yang  perawan,
tanpa pengawasan dan  kontrol.
Kini mereka mulai merambah  puncakmu
Berukir harapan di dada mereka,
Demi masa depan dan sesuap nasi.
Tanpa menoleh larangan apa yang mereka langgar.
Haruskah kekagumanku sirna
Ketika kabut tebal tidak lagi bernyanyi
mengiring pelangi menari melingkari matahari.
Di mana hatimu para perambah
Inginkah kau ulangi  nostagia durjana
menghantam  merobek  membela  tangis anak bunda
 yang kehilangan segalanya.
 Kehilangan  insan yang dicintai
 Terkapar berlumur  lumpur,
Berselimut nestapa
menengadah tanpa arah.
Sadarlah..., hai perambah.
 Kebahagaianmu hari ini
 akan menorehkan bencana
 bagi anak generasimu sendiri.
Sadarlah...!
Jangan kauulangi nostalgia
durjana sembilan belas delapan enam..

                                                28 Mei 2012 Senin,08.20 WIB

Jumat, 25 Mei 2012

Sekelumit Kisah ruli Di Rumah Kost

Hening malam tidak menyurut langkah kaki Ruli menuju kamar mandi. Di sanalah Ia mensucikan diri dari hadas yang mungkin saja menempel didiri Ruli. Karena dalam tidur seseorang tidak luput dari kemungkinan melakukan kegiatan seseuatu yang tidak disengaja.
Hal inilah membuat Ruli ketika terbangun dari tidur selalu membersihkan diri. Ruli terkenal sebagai seorang yang selalu memperhatikan kesehatan. Sebab kesehatan adalah bagian yang perlu dipelihara dalam hidup seseorang.
Malam itu, Ruli melangkah menuju kamar mandi. Ruli mengambil timbah dan menurunkan timah ke sumur. maklumlah tempat Kost Ruli tidak mempunyai PAM. Hanya sumurlah yang menjadi andalan Ruli dan teman, serta keluarga besar Ibu tempat Ruli kost.
Saat Ruli melangkah ke sumur, malam itu pukul 02.30 tidak ada orang yang terbangun dari tidurnya. Semuanya sedang mengubur mimpi mereka dalam lelapnya malam.
Suara jangkrik, lolongan anjing, bahkan suara cecak lantang terdengar di telinga Ruli.
Suara-suara itu menambah perasaan ngeri dan menakutkan. karena tidak ada yang mungkin melihat Ruli, kalau pun apa yang akan terjadi. Untunglah kamar mandi dan sumur ibu kost Ruli di dalam pagar, tidak ditutup bagian atasnya. Seandainya ada yang ingin mengintai, atau menakuti pasti dapat terlihat. Tembok pagar rumah ibu kost Ruli hanya dua meter tingginya.
Suasana hening inilah yang membuat Ruli terkadang bergidik kalau membayangkan suasana itu.
Tetapi, karena malam itu adalah malam Jumat. Bagi sebagian orang takut sekali ke luar dari kamar tidur pada malam Jumat, apalagi malam Jumat Kliwon. Bagi ibu kost Ruli, semua makhluk halus akan gentayangan. Tapi bagi Ruli itu tidak yakin, karena Ruli bukan berasal dari suku Jawa. Ruli berasal dari suku Ogan Baturaja. Dan orang Baturaja tidak percaya pada takhayul atau mistis.
Dengan tegar Ruli melangkah dan menurunkan timba ke dalam sumur. Ketika Ruli mengangkat ember dengan cara menarik timba. Baru separuh tarikan, Ruli dikejutkan oleh suara berbisik di belakangnya. Ruli menghentikan tarikan timbanya. Ia menoleh dan mengamati lingkungan sekitar Ruli. Tapi tidak satu pun, bayangan apa pun. Apalagi suara.
Ketika Ruli mencoba menarik timba kembali, suara itu pun terdengar kembali  lebih keras dan dekat dengan Ruli, persisi di belangkang Ruli.
Hati Ruli bertambah takut, tubuhnya bertambah gemetar. Rasa itu pun semakin keras. Ruli mempercepat menarik timbah dan meletakkan ember di  atas semen sumur. Ruli segera mencari arah suuara. Ke kamar mandi, kemundian ke tempat itu mbah Kasan. Karena tidak jauh dari sumur ada  kamar tidur Mbah. Mbah adalah seseorang mantan tawanan belandan dan perna di buang ke Saigon kala itu, kemudian di bawah Belanda ke Indonesia, tepatnya di Kota Madya Bandar Lampung, saat itu Tanjungkarang Teluk Betung. Ia terlantar di sini.
Akhirnya bertemu Bapak Sudarsono seorang TNI, dan di bawah ke rumah Bapak. Ia di suruh membantu semampunya. Makan minum tinggung Pak Darsono.
Ruli mencari arah suara di kamar Mbah kasan. Ternyata Mbah Kasan tidur sangat pulas.Tidak ada apa yang terjadi di sana. Ruli kembali ke sumur, namun suara itu semakin keras. Suara itu seperti seorang wanita sedang berbircerita.
Bulu Kuduk Ruli semakin tegak. Perasaaan Ruli semakin takut. Dalam hati Ruli berbisik memperkuat keyakinannya. Bisik Ruli; "Ia Allah, tolonglah  hambah-Mu agar tidak mendapatkan ganggu suara itu."
Kalimat itu berulang diucapkan Ruli dalam hati.
Perasaan tegar Ruli kembali. Ia mengambil air Wudhu, dan berniat melaksanakan sembahyang tengah malam.
Setelah Ruli membaca niat, suara itu kembali muncul dan lebih kuat dari  sebelumnya. Tapi karena niat Ruli sudah tulus dan Ruli yakin tidak ada sesuatu pun yang mampu mengganggu seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada penciptanya.
Dengan berlandaskan keyakinan ini Ruli meneruskan mengambil air wudhu. Setelah selesai Ruli segera meninggalkan sumur, masuk ke kamar.
Anehnya, yang tadi terdengar suara mengikuti Ruli ke kamar, berubah menjadi benda menyalah berwarna biru terang dan menempel di atas pintu.
Ruli membiarkan saja. Ruli yakin selagi ia tidak menggganggu biarkan saja. Itu yang terbetik di hati Ruli.
Setelah Ruli menyelesaikan solat  malam, kemudian Ruli berdoa. ternyata benda yang tadinya kelihatan di atas pintu. Kini sudah menghilang.
Ruli melanjutkan membaca ayat suci Al Quran surat Yasin, Tabarok, dan berdoa memohon ampunan kepada Allah.
Setelah benda menakutkan itu menghilang hari Ruli kembali tenteram. Dan Ruli kembali tidur, melanjutkan mimpi-mimpinya esok hari.